Jumat, 08 April 2011

METODE BCCT


PRINSIP DASAR PENDEKATAN BCCT

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai Berorientasi pada kebutuhan anak, Kegiatan pembelajaran harus selalu ditujukan pada pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.
Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, dengan bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya, sehingga anak menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya, Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi, kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan konsentrasi, Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar, lingkungan harus diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama mereka bermain, Mengembangkan kecakapan hidup anak, kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki ketrampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak
Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar, dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak, rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan.,Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Tugas pendidik adalah memfasilitasi agar semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal.
Tahap perkembangan anak
Anak tumbuh menjadi lebih besar dan berkembang menjadi lebih pintar dalam aspek fisik, bahasa, emosi, berpikir/kognisi, seni dan sosialnya. dalam pertumbuhan dan perkembangannya anak melalui tahapan yang menuju ke atas. Setiap tangga memiliki tingkat kemampuan berbeda. kemampuan pada tahap yang lebih awal menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan di tahap yang lebih tinggi. karena itu pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak, supaya anak mendapatkan dasar yang kokoh untuk mencapai kemampuan yang lebih tinggi. untuk mengetahui tahap perkembangan anak dapat dilihat pada “menu generik”.                 
Kebutuhan khusus setiap anak

Kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pengalaman yang didapatkan dari lingkungannya. Anak pada usia yang sama, tahap perkembangan sama tetapi mendapatkan rangsangan  lingkungan berbeda akan memilki pengalaman belajar yang berbeda. karena itu pembelajaran anak usia dini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap anak.
Contoh, anak usia empat tahun yang memiliki kesempatan bergerak dengan leluasa akan memiliki kemampuan motorik (gerakan) yang lebih baik dibanding dengan anak usia sama yang sering dilarang melakukan sesuatu. perbedaan kemampuan gerak kedua anak tersebut, membedakan kebutuhan belajar mereka pada aspek motoriknya, dan mungkin pada beberapa aspek lainnya.
Pengembangan potensi jamak
Setiap anak memiliki kemampuan jamak (bahasa, logika matematika, seni dan musik, kinestetik, visual spasial, alam, interaksi sosial, pemahaman diri, dan spiritual). Pembelajaran pada anak usia dini tidak seperti pembelajaran di sekolah-sekolah yang dibagi permata pelajaran, tetapi satu kegiatan mencakup semua aspek.
Contohnya saat anak bermain dengan balok, anak dirangsang untuk bercerita tentang gagasan yang akan dibangunnya, menghitung jumlah balok yang digunakan, menyebutkan bentuk balok yang dipakai, bercerita tentang bangunan yang sudah dibuatnya, dan mengklasifikasi balok pasa saat membereskannya kembali.
Membangun pengetahuan anak
Kecerdasan dirangsang oleh lingkungan. Untuk membentuk  anak cerdas maka anak harus banyak melakukan interaksi dengan lingkungan. Karena itu pembelajaran untuk anak usia dini harus memberikan kesempatan yang luas kepada anak melakukan sendiri dengan menggunakan panca inderanya, sehingga anak mempunyai banyak pengalaman yang bermanfaat. Pengalaman tersebut termasuk juga pengalaman sosial.
Contoh untuk mendapatkan keterampilan hidup, menumbuhkan kepercayaan diri, anak diberi kesempatan sejak kecil untuk melakukan sendiri seperti makan-minum sendiri, memakai baju dan menentukan baju mana yang diinginkannya, menggunakan sepatu dan hal-hal lain yang dapat dan ingin dilakukannya, sepanjang kegiatannya tidak membahayakan dirinya.  Bantuan yang berlebihan dari orang dewasa akan membatasi anak untuk mengembangkan kemampuannya, dan itu akan menumbuhkan rasa ketergantungan dan ketidakmandirian anak
Anak Belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologisnya.
Fungsi kerja otak besar (otak untuk berpikir) berjalan dengan baik apabila mendapatkan rangsangan yang menyenangkan. Selain itu suasana pembelajaran yang menyenangkan, anak dapat membangun jaringan syaraf otak dan memperkuat jaringat yang sudah terjalin. Karena itu penting memberikan suasana belajar yang aman dan nyaman bagi anak.  Suasana belajar yang nyaman memberikan kemungkinan anak bermain aktif, tenang, dan aman selama proses belajar.
Contoh, apabila anak melakukan sesuatu dengan perasaan senang, ia akan melakukannya secara berulang-ulang, dan itu sangat baik untuk mencapai kemajuan anak. Sebaliknya jika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu, atau melakukan sesuatu yang tidak disukainya, maka ia akan menolak untuk melakukannya kembali, berarti penguatan kemampuan tersebut tidak akan terjadi, dan belajarnya menjadi sia-sia. Oleh karena itu sebelum melakukan pembelajaran perlu menarik minat anak terlebih dahulu, sehingga anak merasa tertarik dan senang untuk melakukannya.
Belajar melalui bermain.
Bagi anak bermain adalah sarana untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bermain untuk anak sama dengan belajar. Dalam bermain anak belajar melihat, mendengar, merasakan, mencicipi rasa, menyentuh segala macam benda yang ditemukannya.  Kesemuanya itu membuka kesempatan bagi anak untuk menemukan dan mengembang kemampuan fisiknya, membangun hubungan atau komukasi dengn lingkungan, mengembangkan daya imajinasi, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, memecahkan masalah, keluar dari rasa ketakutan dan kecemasan, meningkatkan kemampuan pemahaman tentang sesuatu yang baru, meningkatkan keterampilan menggunakan alat bermain, dan  kemampuan bahasa.
Contoh, dengan menggunakan pasir dan cetakan anak dapat merasakan tekstur pasir, melihat warna pasir, bentuk pasir setelah dicetak, ukuran untuk membuat pasir cetak, menghitung jumlah kue pasir, main imajinasi menggunakan kue pasir dengan temannya untuk pengembangan bahasanya. Kesemuanya dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain yang menyenangkan.
Kepatutan menurut konteks agama, sosial dan budaya.
Pembelajaran untuk anak usia dini tidak bertentangan dengan ajaran agama, nilai budaya setempat, dan lingkungan sosial dimana anak hidup, sehingga pengalaman anak akan terkait langsung dengan kehidupannya.
Anak belajar menggunakan seluruh panca inderanya.
Segala sesuatu yang  anak dengar, lihat, raba, cium, kecap, memberikan pengetahuan baru yang diperlukan anak untuk mengenal dunianya. Dengan alat-alat inderanya anak belajar menjelajah lingkungannya untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan.
Anak belajar dalam suasana yang menyenangkan.
 Pengawasan dan perhatian yang tepat dari orang dewasa memberikan perasaan aman dan nyaman. Dalam suasana yang menyenangkan syaraf otak terbuka dan siap untuk menerima hal-hal yang baru. Perhatian, kasih sayang, dan bentuk perlindungan yang tidak berlebihan sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Anak belajar dengan cara berulang 
Dengan latihan yang berulang-ulang anak memperkuat sambungan syaraf otak. Karena itu anak akan beruntung dan lebih maju apabila mendapatkan kesempatan untuk melatih keterampilan yang baru dikuasainya. Juga kesempatan untuk mendapatkan tantangan sehingga dapat mengembangkan keterampilan berikutnya yang lebih sulit.  
Anak belajar apabila sesuai dengan kemampuan perkembangannya.
Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang lebih rendah dari pada yang dimilikinya, maka anak tidak tertarik, bosan, dan tidak mendapatkan pengalaman baru, berarti ia tidak belajar. Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang terlalu tinggi di atas kemampuannya, ia akan merasa frustasi karena merasa tidak berhasil. Karena itu pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak. Untuk mengetahui dimana kemampuan anak saat ini, perhatikan apa yang dilakukan anak sekarang ini. Kegiatan yang sering dilakukan anak menunjukkan kemampuan yang dikuasai anak.
PENDEKATAN BEYOND CENTER AND CIRCLES TIME (BCCT)

Pendekatan Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran
Metode Sentra dan Saat Lingkaran atau dikatakan metode Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah metode pendidikan anak usia dini yang dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Reserch and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida Amerika Serikat. Pengembangan metode ini telah dilakukan lebih dari 25 tahun di Creative Pre School Florida, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus. Metode ini telah terakreditasi oleh National Assosiation Early Young Childhood (NAEYC) sebagai metode yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat. Indonesia memperoleh copyright dari CCCRT dimana penerapannya dapat dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia sepanjang tetap memperhatikan prinsip-prinsip dasarnya.
Sentra adalah pusat kegiatan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar yang dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi anak. Setiap sentra memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu dalam merancang dan menata kegiatan bermain yang bermutu, seorang guru harus memperhatikan proses perkembangan anak, baik dari segi materi, bahan dan alat main.
Yang dimaksud saat lingkaran adalah pendidik dan peserta didik duduk melingkar pada saat sebelum dan sesudah kegiatan bermain anak, sehingga semuanya dapat saling berinteraksi satu sama lain, pendidik dapat memantau perkembangan semua anak didiknya dengan mudah.
Metode Sentra dan Saat Lingkaran merupakan hasil pengemabngan dari metode Montessori, HighScope dan Reggio Emilio. Namun demikian metode ini memiliki keunggulan.

B.  Keunggulan Pendekatan BCCT
Kurikulumnya diarahkan untuk membangun berbagai pengetahuan anak yang digali sendiri melalui variasi pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif
Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaian disesuaikan dengan potensi, tingkat perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anakKegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan sebelum, sesaat, dan sesudah main, sehingga dapat dijadikan panduan bagi pendidik pemulaMasing-masing anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahanSetiap tahap perkembangan bermain anak sudah dirumuskan secara jelas, sehingga dapat dijadikan pijakan bagi pendidik dalam melakukan penilaian perkembangan anakPenerapannya tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan secara bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Prinsip Pendekatan BCCT

Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empiric, Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan, Menempatykan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri.Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran, Mempersyaratkan pendidik dan pengelola program untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan metode ini, Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.

Standar Operasional Pendekatan BCCT

Standar Operasional Proses Pembelajaran dengan Pendekatan BCCT adalah:
pendidik menata lingkungan main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak ada pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu, semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri, anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh pendidik yang bersangkutan, pendidik duduk bersama anak didik membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum main, pendidik memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu, selama anak berada disentra, secara bergilir pendidik memberi pijakan kepada setiap anak, pendidik bersama anak-anak membereskan peralatan dan tempat main, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran, pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah main, pendidik bersama anak-anak makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisi istirahat)
kegiatan penutup, anak-anak pulang secara bergiliran
pendidik membereskan tempat dan merapikan catatan-catatan dan kelengkapan administrasi, pendidik melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari
PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
DENGAN PENDEKATAN BCCT

Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan pada teori perkembangan anak, teori neuroscience, teori multiple intellegence, yang dipadukan dengan pengalaman guru. Pendekatan BCCT mencakup semua aspek perkembangan anak dengan ciri utama pemberian pijakan (scaffolding) untuk membangun konsep, aturan, ide, dan pengetahuan anak. Pijakan yang dikembangkan dalam pendekatan BCCT mencakup:
Pijakan lingkungan main, Pijakan sebelum main, Pijakan selama anak main, Pijakan setelah main.
Untuk mendukung pendekatan BCCT maka dalam proses pembelajaran diterapkan konsep densitas dan intensitas main. Pendidik, orang tua, dan orang dewasa di sekeliling anak dipandang sebagai komponen yang sangat berbengaruh bagi perkembangan anak. Dalam pendekatan BCCT ditekankan bahwa pengalaman main akan tercapai dengan sangat baik bila orang dewasa mengerti perkembangan anak dan tahap bermain anak serta menggunakannya untuk mendukung anak kearah keberhasilan pendidikan di  tingkat selanjutnya.

PRINSIP DASAR PENDEKATAN BCCT

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai Berorientasi pada kebutuhan anak, Kegiatan pembelajaran harus selalu ditujukan pada pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu.
Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, dengan bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya, sehingga anak menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya, Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi, kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan konsentrasi, Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar, lingkungan harus diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama mereka bermain, Mengembangkan kecakapan hidup anak, kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki ketrampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak
Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar, dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak, rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan.,Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Tugas pendidik adalah memfasilitasi agar semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal.
Tahap perkembangan anak
Anak tumbuh menjadi lebih besar dan berkembang menjadi lebih pintar dalam aspek fisik, bahasa, emosi, berpikir/kognisi, seni dan sosialnya. dalam pertumbuhan dan perkembangannya anak melalui tahapan yang menuju ke atas. Setiap tangga memiliki tingkat kemampuan berbeda. kemampuan pada tahap yang lebih awal menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan di tahap yang lebih tinggi. karena itu pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak, supaya anak mendapatkan dasar yang kokoh untuk mencapai kemampuan yang lebih tinggi. untuk mengetahui tahap perkembangan anak dapat dilihat pada “menu generik”.                 
Kebutuhan khusus setiap anak

Kemampuan setiap anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan pengalaman yang didapatkan dari lingkungannya. Anak pada usia yang sama, tahap perkembangan sama tetapi mendapatkan rangsangan  lingkungan berbeda akan memilki pengalaman belajar yang berbeda. karena itu pembelajaran anak usia dini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap anak.
Contoh, anak usia empat tahun yang memiliki kesempatan bergerak dengan leluasa akan memiliki kemampuan motorik (gerakan) yang lebih baik dibanding dengan anak usia sama yang sering dilarang melakukan sesuatu. perbedaan kemampuan gerak kedua anak tersebut, membedakan kebutuhan belajar mereka pada aspek motoriknya, dan mungkin pada beberapa aspek lainnya.
Pengembangan potensi jamak
Setiap anak memiliki kemampuan jamak (bahasa, logika matematika, seni dan musik, kinestetik, visual spasial, alam, interaksi sosial, pemahaman diri, dan spiritual). Pembelajaran pada anak usia dini tidak seperti pembelajaran di sekolah-sekolah yang dibagi permata pelajaran, tetapi satu kegiatan mencakup semua aspek.
Contohnya saat anak bermain dengan balok, anak dirangsang untuk bercerita tentang gagasan yang akan dibangunnya, menghitung jumlah balok yang digunakan, menyebutkan bentuk balok yang dipakai, bercerita tentang bangunan yang sudah dibuatnya, dan mengklasifikasi balok pasa saat membereskannya kembali.
Membangun pengetahuan anak
Kecerdasan dirangsang oleh lingkungan. Untuk membentuk  anak cerdas maka anak harus banyak melakukan interaksi dengan lingkungan. Karena itu pembelajaran untuk anak usia dini harus memberikan kesempatan yang luas kepada anak melakukan sendiri dengan menggunakan panca inderanya, sehingga anak mempunyai banyak pengalaman yang bermanfaat. Pengalaman tersebut termasuk juga pengalaman sosial.
Contoh untuk mendapatkan keterampilan hidup, menumbuhkan kepercayaan diri, anak diberi kesempatan sejak kecil untuk melakukan sendiri seperti makan-minum sendiri, memakai baju dan menentukan baju mana yang diinginkannya, menggunakan sepatu dan hal-hal lain yang dapat dan ingin dilakukannya, sepanjang kegiatannya tidak membahayakan dirinya.  Bantuan yang berlebihan dari orang dewasa akan membatasi anak untuk mengembangkan kemampuannya, dan itu akan menumbuhkan rasa ketergantungan dan ketidakmandirian anak
Anak Belajar dengan baik apabila merasa aman dan nyaman secara fisik dan psikologisnya.
Fungsi kerja otak besar (otak untuk berpikir) berjalan dengan baik apabila mendapatkan rangsangan yang menyenangkan. Selain itu suasana pembelajaran yang menyenangkan, anak dapat membangun jaringan syaraf otak dan memperkuat jaringat yang sudah terjalin. Karena itu penting memberikan suasana belajar yang aman dan nyaman bagi anak.  Suasana belajar yang nyaman memberikan kemungkinan anak bermain aktif, tenang, dan aman selama proses belajar.
Contoh, apabila anak melakukan sesuatu dengan perasaan senang, ia akan melakukannya secara berulang-ulang, dan itu sangat baik untuk mencapai kemajuan anak. Sebaliknya jika anak dipaksa untuk melakukan sesuatu, atau melakukan sesuatu yang tidak disukainya, maka ia akan menolak untuk melakukannya kembali, berarti penguatan kemampuan tersebut tidak akan terjadi, dan belajarnya menjadi sia-sia. Oleh karena itu sebelum melakukan pembelajaran perlu menarik minat anak terlebih dahulu, sehingga anak merasa tertarik dan senang untuk melakukannya.
Belajar melalui bermain.
Bagi anak bermain adalah sarana untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bermain untuk anak sama dengan belajar. Dalam bermain anak belajar melihat, mendengar, merasakan, mencicipi rasa, menyentuh segala macam benda yang ditemukannya.  Kesemuanya itu membuka kesempatan bagi anak untuk menemukan dan mengembang kemampuan fisiknya, membangun hubungan atau komukasi dengn lingkungan, mengembangkan daya imajinasi, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, memecahkan masalah, keluar dari rasa ketakutan dan kecemasan, meningkatkan kemampuan pemahaman tentang sesuatu yang baru, meningkatkan keterampilan menggunakan alat bermain, dan  kemampuan bahasa.
Contoh, dengan menggunakan pasir dan cetakan anak dapat merasakan tekstur pasir, melihat warna pasir, bentuk pasir setelah dicetak, ukuran untuk membuat pasir cetak, menghitung jumlah kue pasir, main imajinasi menggunakan kue pasir dengan temannya untuk pengembangan bahasanya. Kesemuanya dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain yang menyenangkan.
Kepatutan menurut konteks agama, sosial dan budaya.
Pembelajaran untuk anak usia dini tidak bertentangan dengan ajaran agama, nilai budaya setempat, dan lingkungan sosial dimana anak hidup, sehingga pengalaman anak akan terkait langsung dengan kehidupannya.
Anak belajar menggunakan seluruh panca inderanya.
Segala sesuatu yang  anak dengar, lihat, raba, cium, kecap, memberikan pengetahuan baru yang diperlukan anak untuk mengenal dunianya. Dengan alat-alat inderanya anak belajar menjelajah lingkungannya untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan.
Anak belajar dalam suasana yang menyenangkan.
 Pengawasan dan perhatian yang tepat dari orang dewasa memberikan perasaan aman dan nyaman. Dalam suasana yang menyenangkan syaraf otak terbuka dan siap untuk menerima hal-hal yang baru. Perhatian, kasih sayang, dan bentuk perlindungan yang tidak berlebihan sangat diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Anak belajar dengan cara berulang 
Dengan latihan yang berulang-ulang anak memperkuat sambungan syaraf otak. Karena itu anak akan beruntung dan lebih maju apabila mendapatkan kesempatan untuk melatih keterampilan yang baru dikuasainya. Juga kesempatan untuk mendapatkan tantangan sehingga dapat mengembangkan keterampilan berikutnya yang lebih sulit.  
Anak belajar apabila sesuai dengan kemampuan perkembangannya.
Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang lebih rendah dari pada yang dimilikinya, maka anak tidak tertarik, bosan, dan tidak mendapatkan pengalaman baru, berarti ia tidak belajar. Jika anak dirangsang dengan kemampuan yang terlalu tinggi di atas kemampuannya, ia akan merasa frustasi karena merasa tidak berhasil. Karena itu pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak. Untuk mengetahui dimana kemampuan anak saat ini, perhatikan apa yang dilakukan anak sekarang ini. Kegiatan yang sering dilakukan anak menunjukkan kemampuan yang dikuasai anak.
PENDEKATAN BEYOND CENTER AND CIRCLES TIME (BCCT)

Pendekatan Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran
Metode Sentra dan Saat Lingkaran atau dikatakan metode Beyond Center and Circles Time (BCCT) adalah metode pendidikan anak usia dini yang dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Reserch and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida Amerika Serikat. Pengembangan metode ini telah dilakukan lebih dari 25 tahun di Creative Pre School Florida, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus. Metode ini telah terakreditasi oleh National Assosiation Early Young Childhood (NAEYC) sebagai metode yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat. Indonesia memperoleh copyright dari CCCRT dimana penerapannya dapat dilaksanakan secara bertahap dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia sepanjang tetap memperhatikan prinsip-prinsip dasarnya.
Sentra adalah pusat kegiatan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar yang dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi anak. Setiap sentra memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu dalam merancang dan menata kegiatan bermain yang bermutu, seorang guru harus memperhatikan proses perkembangan anak, baik dari segi materi, bahan dan alat main.
Yang dimaksud saat lingkaran adalah pendidik dan peserta didik duduk melingkar pada saat sebelum dan sesudah kegiatan bermain anak, sehingga semuanya dapat saling berinteraksi satu sama lain, pendidik dapat memantau perkembangan semua anak didiknya dengan mudah.
Metode Sentra dan Saat Lingkaran merupakan hasil pengemabngan dari metode Montessori, HighScope dan Reggio Emilio. Namun demikian metode ini memiliki keunggulan.

B.  Keunggulan Pendekatan BCCT
Kurikulumnya diarahkan untuk membangun berbagai pengetahuan anak yang digali sendiri melalui variasi pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong kreativitas anak.Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak dengan mengkondisikan setiap anak untuk berperan aktif
Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaian disesuaikan dengan potensi, tingkat perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.Semua tahapan perkembangan anak telah dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga dapat dijadikan panduan dalam penilaian perkembangan anakKegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan sebelum, sesaat, dan sesudah main, sehingga dapat dijadikan panduan bagi pendidik pemulaMasing-masing anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri, tanpa harus takut membuat kesalahanSetiap tahap perkembangan bermain anak sudah dirumuskan secara jelas, sehingga dapat dijadikan pijakan bagi pendidik dalam melakukan penilaian perkembangan anakPenerapannya tidak bersifat kaku, melainkan dapat dilakukan secara bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Prinsip Pendekatan BCCT

Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empiric, Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan, Menempatykan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri.Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran, Mempersyaratkan pendidik dan pengelola program untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan metode ini, Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.

Standar Operasional Pendekatan BCCT

Standar Operasional Proses Pembelajaran dengan Pendekatan BCCT adalah:
pendidik menata lingkungan main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak ada pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu, semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri, anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh pendidik yang bersangkutan, pendidik duduk bersama anak didik membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum main, pendidik memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu, selama anak berada disentra, secara bergilir pendidik memberi pijakan kepada setiap anak, pendidik bersama anak-anak membereskan peralatan dan tempat main, pendidik memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran, pendidik duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman setelah main, pendidik bersama anak-anak makan bekal yang dibawanya (tidak dalam posisi istirahat)
kegiatan penutup, anak-anak pulang secara bergiliran
pendidik membereskan tempat dan merapikan catatan-catatan dan kelengkapan administrasi, pendidik melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari